Guru Gunting Seragam Siswa di Sragen, Aksi Tuai Pro dan Kontra

Sragen – Sebuah video yang memperlihatkan seorang guru SMP di Sragen, Jawa Tengah, memotong seragam siswa di dalam kelas menjadi viral dan memicu perdebatan publik. Tindakan yang dilakukan karena siswa dinilai melanggar aturan sekolah ini menuai berbagai tanggapan dari netizen, mulai dari dukungan hingga kecaman.

Kronologi Kejadian

Dalam video yang beredar luas di platform media sosial, terlihat seorang guru perempuan memegang gunting dan memotong bagian seragam siswa laki-laki yang dinilai tidak sesuai dengan aturan berpakaian sekolah. Kejadian ini terjadi di ruang kelas, disaksikan oleh siswa lainnya. Tindakan tersebut dilakukan secara terbuka dan terekam dalam durasi sekitar 30 detik.

Guru tersebut disebut tengah menegakkan aturan kedisiplinan sekolah terkait seragam, khususnya mengenai panjang pakaian atau atribut lainnya yang tidak sesuai standar sekolah. Namun, cara penyampaiannya yang langsung dengan memotong pakaian siswa di depan umum justru memicu perdebatan luas.

Reaksi Netizen: Antara Setuju dan Mengecam

Banyak pengguna media sosial yang memberikan komentar terkait video tersebut. Sebagian mendukung tindakan guru karena dinilai sebagai bentuk ketegasan dalam mendidik siswa agar patuh terhadap aturan sekolah. Mereka menilai bahwa kedisiplinan harus diajarkan sejak dini agar siswa terbiasa hidup tertib.

Namun, tak sedikit pula yang mengecam tindakan tersebut. Mereka menilai bahwa tindakan memotong pakaian siswa secara langsung dan terbuka bisa mempermalukan siswa dan berpotensi menimbulkan trauma psikologis. Beberapa netizen menyarankan agar guru bisa menggunakan pendekatan yang lebih humanis tanpa harus merendahkan harga diri siswa di depan teman-temannya.

Pernyataan Resmi dari Pihak Sekolah

Menanggapi viralnya video tersebut, pihak sekolah memberikan klarifikasi. Kepala sekolah menyampaikan bahwa tindakan guru memotong seragam siswa tersebut telah mendapat persetujuan dari orang tua siswa yang bersangkutan. Menurutnya, orang tua murid bahkan meminta pihak sekolah untuk menegakkan aturan dengan tegas agar anaknya bisa belajar disiplin.

“Kami sudah berkomunikasi dengan orang tua siswa terlebih dahulu. Mereka justru mendukung langkah tegas yang dilakukan guru dalam rangka pembinaan disiplin. Tidak ada unsur kekerasan atau pelecehan dalam tindakan tersebut,” jelas pihak sekolah dalam pernyataannya.

Diskusi Lebih Luas tentang Pendidikan dan Disiplin

Peristiwa ini memicu diskusi lebih luas di kalangan masyarakat mengenai batasan dalam mendidik dan mendisiplinkan siswa di lingkungan sekolah. Banyak pihak meminta agar dunia pendidikan lebih mengedepankan pendekatan psikologis dan edukatif dalam menegakkan aturan. Pendidikan karakter dinilai penting, namun harus dilakukan dengan cara yang tidak merendahkan martabat siswa.

Di sisi lain, ada pula pandangan bahwa lunaknya penerapan disiplin akan berdampak buruk pada generasi muda. Ketegasan guru dianggap sebagai bagian dari pembentukan karakter agar siswa memahami pentingnya aturan dan tanggung jawab.

Kasus guru yang memotong seragam siswa di Sragen ini menjadi cerminan kompleksitas dunia pendidikan saat ini, di mana guru dituntut untuk tegas namun tetap humanis. Meskipun tindakan tersebut telah disetujui oleh orang tua siswa, publik tetap memiliki pandangan beragam terkait etika dan metode pendisiplinan di sekolah.

Peristiwa ini menjadi pengingat bahwa komunikasi antara guru, siswa, dan orang tua sangat penting agar setiap langkah yang diambil tetap dalam koridor mendidik tanpa menimbulkan luka psikologis. Dunia pendidikan ditantang untuk terus beradaptasi dan mencari pendekatan terbaik demi menciptakan lingkungan belajar yang sehat dan membangun karakter.