Baru-baru ini publik Indonesia dikejutkan dengan kemunculan sejumlah pengakuan mengejutkan dari para mantan pemain sirkus yang mengaku mengalami penyiksaan dan pelecehan seksual saat masih anak-anak. Nama Frans Manansang, salah satu tokoh penting dalam dunia sirkus Indonesia, disebut-sebut dalam kesaksian tersebut, membuat isu ini semakin viral di media sosial dan menjadi sorotan publik luas.
Siapa Frans Manansang?
Frans Manansang dikenal sebagai pendiri sekaligus tokoh utama di balik berdirinya Oriental Circus Indonesia (OCI) dan juga tercatat sebagai salah satu pendiri Taman Safari Indonesia (TSI). Ia telah lama dikenal sebagai pelaku bisnis hiburan satwa dan sirkus ternama di Indonesia.
Namun, citra positif ini berubah drastis ketika beberapa mantan anak sirkus menyebut namanya dalam pengakuan mereka terkait kekerasan fisik, penyiksaan, bahkan pelecehan seksual yang mereka alami saat menjadi bagian dari sirkus tersebut.
Kesaksian Para Korban
Dalam sejumlah unggahan video dan wawancara, para korban—yang kini sudah dewasa—menceritakan bagaimana mereka dipaksa tampil, dilatih secara keras, hingga mengalami perlakuan tak manusiawi. Mereka menyebut bahwa praktik ini terjadi secara sistematis dan berlangsung selama bertahun-tahun.
Beberapa dari mereka mengaku trauma dan mengalami gangguan psikologis yang berkepanjangan akibat perlakuan tersebut. Nama Frans Manansang disebut secara eksplisit sebagai sosok yang mengetahui bahkan diduga turut melakukan tindakan tersebut.
Respons Publik dan TSI
Setelah viralnya kasus ini, masyarakat ramai-ramai menuntut kejelasan dari Taman Safari Indonesia. Pihak TSI pun akhirnya merilis pernyataan bahwa Frans Manansang memang merupakan salah satu pendiri, namun tidak lagi aktif dalam pengelolaan TSI sejak tahun 2020.
Pernyataan ini menuai beragam tanggapan. Beberapa pihak menilai pernyataan tersebut sebagai bentuk pengalihan tanggung jawab, sementara yang lain mendesak agar dilakukan investigasi menyeluruh terhadap dugaan pelanggaran yang terjadi di masa lalu.
Pembandingan dengan Kasus di Kamboja
Kasus ini mengingatkan publik pada berbagai kasus eksploitasi anak di dunia hiburan yang pernah terjadi di negara-negara seperti Kamboja, di mana anak-anak dipaksa tampil dalam pertunjukan ekstrem, dilatih secara kejam, bahkan dieksploitasi secara seksual oleh pelatih atau pemilik pertunjukan.
Kemiripan pola dan minimnya perlindungan hukum terhadap anak-anak dalam industri hiburan membuat kasus Frans Manansang menjadi sinyal peringatan keras bagi pemerintah dan masyarakat Indonesia.
Langkah Hukum dan Tuntutan Masyarakat
Hingga kini, belum ada proses hukum resmi yang diumumkan terhadap Frans Manansang. Namun, tekanan publik terus meningkat. Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) serta sejumlah LSM telah mulai melakukan penyelidikan dan mendesak agar para korban mendapat perlindungan dan keadilan.
Kisah ini menunjukkan betapa pentingnya pengawasan dan perlindungan hukum bagi anak-anak dalam industri hiburan. Masyarakat kini menuntut agar kasus Frans Manansang menjadi momen penting bagi reformasi sistemik dan penegakan hukum yang lebih tegas terhadap pelaku kekerasan dan pelecehan, siapa pun mereka.
(Artikel ini disusun berdasarkan laporan yang beredar di media daring hingga April 2025 dan akan terus diperbarui jika ada perkembangan terbaru.)